7/11/16

Tiada hari bersama Bapak -

Lebaran kemarin aku kembali berkunjung ke kuburan  Bapak untuk sekedar menyampaikan kalau kakak pertama atau putra pertamanya akan melangsungkan pernikahan tanggal 17  mendatang, setiap ke kuburan bapak papan nisannya yang mampu terbaca dengan jelas adalah  10 Syawal jika membacanya pasti kembali teringat cerita ummi mengenai hari di mana bapak pergi untuk selamanya.

Ramadhan waktu itu ummiku menghabiskan waktu di RS Wahidin sayangnya dulu belum ada alat komunikasi yang layak sehingga sangat sulit untuk menyampaikan keadaan bapak kepada para kerabat, ummi hanya berdua bersama bapak di rumah sakit, kami bertiga di titipkan bersama keluarga sedangkan ada satu santriwan bernama Ali yang dengan ikhlas selalu datang ke rumah sakit memantau apabila ada keperluan ummiku, RS. Wahidin dan rumahku sangatlah jauh saat itu mungkin kendaraan umum belum seramai sekarang dan jalanan belum semulus saat ini.

itulah Ramadhan yang ummi aku lalui waktu itu dan pada akhirnya sepuluh hari setelah hari raya bapak pergi untuk selamanya dan saat itu tak ada kenangan secercah pun yang bisa aku kenang atau aku ceritakan hingga tiada hari bersama bapak karena usiaku yang masih balita.

tiada hari bersama bapak

aku seolah olah anak perempuan yang tak pernah jatuh cinta karena anak perempuan cinta pertamanya adalah bapaknya, sedang aku tak pernah memulai jatuh cinta.
kadang aku berfikir kembali di balik ribuan nikmat yang Allah berikan kepadaku, tentang apa rencana Tuhan yang tak membiarkanku seperti gadis lainnya yang mesra bersama bapak mereka.

jika mimpi di malam hari mampu  memili settingan maka aku ingin bermimpi berjalan bersama bapak lalu mengeluarkan semua keluh kesahku hingga aku  merasa tenang dan itulah mimpi terindah yang aku inginkan.

jika kau punya hari-hari bersama bapakmu maka bersyukurlah, nikmatilah semua hari bersama bapak jangan lukai hatinya atau memarahi kesalahannya, karena sungguh aku ingin memiliki sehari bersama bapak.


hari ini ada cerita yang kembali terjadi seorang guru pesantren pergi untuk selamanya menyisahkan aku aku yang baru, aku yang tak tahu apa-apa, anak-anak yang masih belum punya ingatan kebersamaan bersama bapak. anak-anak yatim baru yang tak tahu apa-apa hingga usia yang menjelaskan kepadanya tentang kaulah anak yang besar tanpa bapakmu.
menurutku ketika seorang bapak pergi untuk selamanya ibarat tiang bendera tanpa bendera hingga kedamaian itu takkan pernah datang.

namun aku yakin Allah tak pernah salah naskah atau salah ketik taqdir pada semua hambanya aku yakin Allah mempunyai seribu hikmah dan sejuta nikmat untuk anak-anak yang seperti aku ini, walau berbeda dengan anak yang lainnya, tapi aku punya cara sendiri menggantikan sosok bapak.



selamat datang kembali ,myblog usang


ku ingin ke jogja

Lebih baik tak pernah ada temu dari pada harus merindu berjumpa Lebih baik tak ada kenangan dari pada lelah harus terus mengenang Tidak  Leb...