Saya tahu, sebuah peristiwa selalu saja membawa pengertian tersendiri, menghayati keadaan sama seperti memperhatikan poin penting dalam sebuah peristiwa
Saya akan mencoba belajar ikhlas sambil introspeksi diri saya bukan tipekal orang yang harus mengeraskan hati untuk tetap membencinya, saya dan hati saya adalah satu pilihan, pura-pura melucu pura-pura tersenyum itulah saya, walau terkadang hati membisikkan
"Put orang inikan jahat sama kamu kok kamu senyumin, kok kamu ajak bercanda kok kamu ajak ngobrol, ajak diskusi, kamu munafik Put, apa yang kamu tampilkan ke orang tidak sesuai dengan saya inginkan, tolong mengerti "
ujar hati ini tetapi ada alasan mengapa saya harus menjadi munafik terhadap diri sendiri yaitu saya tak mau meladeni hati yang tak pernah ada puasnya, hati akan selalu kecewa, marah, dan segalanya terhadap seseorang,
tetapi saya tak mau wajah saya di kenang orang sebagai sang pemarah sang pembenci atau sang pembohong.
Biarlah wajah ini baik, sikap ini baik ,
Biarlah mereka jahat yang menusuk dari belakang, samping atau depan
Urusan hati biar saya ke Allah saja menggerutu, kalau kecewa saya tersirat ke wajah entar yang saya ajak ngobrol habis dong, karena sejatinya semua manusia tidak ada yang sempurna yang bisa kita harapkan atau bergantung apapun ke mereka termaksud ke saya ,
Mereka juga tidak boleh bergantung apapun ke saya
Apapun itu karena saya manusia, ada ego ada emo
Ego: egois
Emo: emosi
Bismillahirrahmanirrahim, saya ikhlas
Kemarin itu mutlak kesalahan saya
Bukan kesalahan mereka
Bukan kejahatan mereka