Dari sekian waktu yang terus berjalan dari segala fase kehidupan hal yang paling sulit yang saya lalui adalah tahap menuju lebih dewasa.
Saya adalah anak yang di luar terlihat sangat cengeng, manja dan tak bisa melakukan apapun seorang diri tetapi jujur di antara semua anak perempuan saya adalah yang paling kuat paling mandiri dan bisa melakukan semuanya seorang diri, justru saya lebih suka kalau ada tugas individu daripada kelompok alasannya sederhana saya mampu mengerjakannya sendiri tanpa mengharapkan orang lain.
Fase kehidupan terus berjalan hingga mungkin mengganti background dewasa sangatlah sukar, nyaman dengan posisi have fun and enjoy senang dengan posisi always me time.
Sejak kecil tanpa teman punya dua kakak laki-laki dengan dunianya masing-masing, seorang ibu yang sibuk mencari nafkah seorang diri hingga bermain dengan diri sendiri adalah tempat bermain dengan asik, ngobrol sendiri, main boneka sendiri dan semuanya serba sendiri, di tambah lagi mempunyai keluarga yang protektif tidak boleh main sana!, Tidak boleh ke sana! Tidak boleh ini dan itu aturan anak perempuan ada sejuta di keluarga saya, bahkan main di rumah sepupu betul-betul bukan rumah sepupu yang ada anak laki-lakinya.
Dari kecil hidup di lingkungan pesantren dan segala aturan keluarga menjadi manja adalah solusi agar selau terlihat menjadi anak-anak.
Hingga waktunya masuk asrama semua menjadi lebih lebay you knowlah anak bungsu yang paling manja masuk asrama yang otomatis harus mandiri, dalam hati saya berkata yaelah saya bisalah kalau masuk asrama bukan penjara kok.
Perjalanan enam tahun di asrama benar-benar menciptakan karakter saya, memecah kesepian yang pernah saya lalui, menjadi pribadi humoris sering bercanda bercerita dengan semua teman itu karena sudah lama saya menanti ada teman bicara selama ini sejak kecil saya cuma asik bermain dengan diri sendiri.
Itu alasannya mengapa sampai saat ini, bercerita, bercanda adalah menyenangkan, karena diam sepi sungguh membosankan
Dan fase selanjutnya
Semua teman menikah semua keluarga menikah semua yang dekat dengan saya menikah dan menjalani kehidupannya masing-masing, hal ini yang sulit saya artikan mereka semua menikah tetapi kenapa lupa dengan saya, tidak ada lagi teman bercerita teman bercanda mereka pergi begitu saja, sejauh jauhnya membuat jarak.
Fase itu kembali terjadi ketika lulus kuliah, saya sulit mempertahankan teman bila tanpa pertemuan bagi saya pertemuan adalah cara bertahan berteman tetapi jarak memang sulit di tepis walau jaman sekarang ada sosial media tapi sekedar hello dan tahu keberadaan seperti sayur tanpa garam hambar.
Itulah mengapa alasannya masuk SPIDI solusi menebak semua kesunyian, bertemu teman lama, bertemu santri yang akan silir berganti, masuk kembali ke dunia pesantren adalah cara yang tepat mengembalikan karakter yang telah pesantren ciptakan untuk saya.
Senang rasanya menjadi bagian pesantren kembali yang dulunya hanya santri kini meningkat menjadi guru dan pembina asrama walau saya tahu its my style
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar