Manusia sang tanah yang penuh amarah
Selalu mengutamakan rasa kecewanya dibandingkan asa yang ada seolah-olah seperti longsor yang naik keatas gunung sulit diatur sukar di percaya
Manusia sang tanah yang penuh kesabaran selalu mengijinkan hujan membasahinya lalu sang ombak menutupi wajahnya tak sanggup lagi berkata dan tak sanggup lagi bertahta
Manusia sang tanah yang penuh air mata yang selalu membuka cela agar sang nyawa masuk kedalamnya ia terluka tertarik hingga lupa akan rasa terik
Marah
Kecewa
Luka
Seperti sebuah penghianatan terselubung dalam sanubari menjelaskan begitu rusak roda ini berputar, dengan mudahnya memuji lalu memutar keadaan
Angin kencang tak sanggup berjumpa hujan terlalu gerumuh hatinya berteriak sedangkan mulutnya tertutup petir di ujung lidahnya
Dia itu lelah pura-pura tegar dan baik hati semestinya hatinya tak sanggup menerima segala hal entah itu kebaikan atau keburukan hatinya terbiasa biasa biasa saja
Tak marah
Tak kecewa
Tak terluka
Tapi
Tak pula tertawa
Tak pula ramah
Tak pula menyapa
Dia adalah kesabaran yang tak ada batas dan wajar hanya ada satu kata
Menerima
Suatu hari kau akan kecewa di waktu bersamaan rasa percaya diri kamu runtuh dan kamu merasa tidak perlu menanggapi rasa ini. Itulah sabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar