12/30/13

Tentang kepahitanku

Ini mengenai Taqdir yang begitu pahit aku rasakan, bukan karena di tolak cowok keren atau sedang kurang update tapi ini mengenai kisah nyataku yang paling lama, lama! mengapa aku katakan lama ini  terjadi setelah 9 bulan aku menghirup udara di bumi ini, yah usiaku baru 9 bulan aku sudah harus menelan pil kepahitan, walau saat hari itu aku belum merasakan pil yang pahit itu namun setelah aku mengingat dan bisa mengingat kepahitan itu terasa sampai saat ini, dan kepahitan itu sudah aku rasakan 19 tahun 3 bulan, kepahitan yang akan ku bawa hingga mati, hingga terkadang aku melupakannya hingga marah padanya, aku tak tahu harus berbuat apa, selain menjalani apa yang telah terjadi.

saat 9 bulan itulah semua badai kesedihan terjadi, mungkin usia 9 bulan adalah usia yang sangat tak tahu apa apa namun aku yakin saat itu aku juga merasakan kesedihan orang orang sekitarku kesedihan yang mungkin aku telurkan melalui tangisan yang tak jelas, mungkin aku rewel saat itu, atau aku tenang tak tahu apa yang sedang terjadi, kalau mungkin usiaku 3 tahun mungkin aku akan menangis karena melihat semua menangis, aku ingat dengan jelas saat usiaku 7 tahun, nenek meninggalkan kami dan aku menangis, dan aku tahu makna kehilangan saat itu, namun saat usia 9 bulan itu, aku tak tahu makna apapun, walau makna air mata itu sendiri yang selalu aku lakukan.

ini tentang kesedihan sepanjang usia, yang menghilangka pazzle kehidupan yang semestinya tentang sebuah peran anak manusia yang ingin juga memanggil sebutan Ayah.
yeah Ayah,Bapak,Papa,Abi,Abah,Appa dan semua ucapan Ayah lainnya misalnya Etta kata Ummiku Ayahku di panggil Etta *kalau dia ada sayang sejak usiaku 9 bulan dia sudah dipanggil sang pencipta, banyangkan saja apa yang terjadi saat itu, dan apa terjadi sebab kejadian itu, aku kehilang satu kesempatan yaitu kesempatan memanggil seseorang dengan sebutan satu arah yaitu Ayah.

Ayah, apapun yang akan ku ucapkan bila kau hadir sampai kini aku tak tahu, bagaimana suaramu menyebut kata nak padaku aku juga tak tahu, bagaimana kamu menasehatiku aku juga tak tahu, bagaimana juga aku tahu kalau mengingat tubuhmu pun juga tak tahu selain melihat sehelai foto yang kau tinggalkan, ini ibarat cerita naskah drama yang menyedihkan namun ini bedanya penulisnya langsung sang Kholiq Allas SWT hingga aku dan kakakku belum bisa mengulang alur menjadi lebih baik.

kepahitan itu terus berjalan, menuju lika liku kehidupan satu kesyukuranku yang paling mendalam memiliki Ummi yang luar biasa, bisa aku bayangkan berada di posisinya yang sangat berat, namun dia bangkit melihat dunia yang kejam mentata kami anaknya menjadi anak yang hidup ibarat memiliki Ayah, bahkan lebih baik dari anak yang memiliki Ayah walau beda nilai nilai kesempurnaanya.

inilah kepahitanku yang selalu ku coba memaniskannya semanis manisnya melalau senyumanku dan cerita manis lainnya sehingga orang orang tak tahu aku punya kepahitan sepahit ini, dan tentang kebencianku pada sosok yang meninggalkanku aku kira ini kewajaran yang mendalam, tak mengenal orang yang harus ku sayang dan ku doakan setiap saat.

so, bagi kalian yang tahu Arti Ayah atau sempat bersama Ayah maka bersyukurlah, sesyukur syukurnya, karena kalian mempunyai satu puzzle yang tak ku mainkan. dan Sayangilah mereka karena aku tak bisa menyanyanginya. doakan mereka dengan jelas karena aku tak bisa mendoakannya dengan jelas.

fabiayyialaairabbikumatukazziban!




Sosok Ayahku?
ku tahu kau juga
tak ingin meninggalkanku
tak ingin melewatkanku
namun ini sebuah drama
drama ilahi yang tertulis
dalam satu catatan nyata
bahwa aku tak memilikimu

walau kita hanya bersama 9 bulan
namun itu cukup memberi tahuku
makna kesabaran, dan kesyukuran
kesyukuran terhadap apapun yang terjadi
tentang pahitnya menjalani hidup

kau yang di sana,,
jujur aku juga menyanyangimu
walau aku tak mengenalmu
tapi kamu ada di dalam aliran darahku
bersama hembusan nafasku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ku ingin ke jogja

Lebih baik tak pernah ada temu dari pada harus merindu berjumpa Lebih baik tak ada kenangan dari pada lelah harus terus mengenang Tidak  Leb...